Pages

Cari Blog Ini

Senin, 16 Mei 2011

PERKEMBANGAN POLITIK DARI MASA KE MASA

1. YUNANI KUNO
Jika pemikiran tentang politik, negara, dan hukum tidak mendahului pembentukan peradaban-peradaban, tetapi merupakan sesuatu gejala sosial yang baru menampakkan diri setelah berabad-abad lamanya ada peradaban yang tinggi, pemikiran itu akan ditemui sumbernya di tempat hubungan-hubungan politik dan ketatanegaraan memberi kemungkinan dan alasan untuk itu. Memang sangat penting bagi negara bahwa ia mengijinkan warga negaranya untuk mengeluarkan pendapat tentang negara dan kekuasaan secara kritis, sedangkan selain itu sikap demikian rupa terhadap kehidupan negara dan masyarakat harus tampak pula pada rakyat negara itu.
Situasi yang demikian tentu merupakan suatu perkembangan masyarakat yang baru dalam sejarah. Itulah yang terjadi di era Yunani Kuno, tepatnya yang teradi di Athena. Mulai abad ke-5 SM, kesadaran bermasyarakat semacam itu mula-mula dimulai oleh berbagai faktor dan kejadian, misalnya sifat agama disana yang tidak mengenal ajaran Tuhan yang ditetapkan sebagai kaidah hukum yang terlalu sakral. Juga, ada faktor sosio-historis, misalnya , keadaan geografis negeri yang membuatnya mengarah kepada perdagangan dan kolonisasi, yang membuat bangsa Yuanani bertemu dengan negeri-negeri disebelah Timur yang bentuk negaranya berbentuk republik. Kesadaran bangsa Yunani sebagai kesatuan, yang disebabkan oleh peperangannya yang menang dengan bangsa Persia, seiring dengan terpecah-pecahnya menjadi negara-negara kecil dan individualisme.
Setelah bangsa Yunani berhasil mempertahankan diri terhadap serangan bangsa Persia, ia menganggap telah bisa menyelamatkan kebangsaan dan kemerdekaannya, kepribadainnya, dan setelah itu datanglah masa keemasan yang ditandai dengan berbagai perkembangan dibidang seni dan ilmu pengetahuan. Yunani pun segera mengelami titik baliknya, muncul pertanyaan tentang kehidupan yang akan menentukan masa yang akan datang.
Tradisi berfikir filsufis telah lama terjadi. Milite, salah satu Koloni Yunani, adalah tempat lahirnya filsafat. Awalnya, dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan filsafat kosmologis, tentang bangun dan susunan alam semesta. Setelah meninggalnya Pericles pada 429 SM, di Athena mulai muncul filsafat yang radikal, dan demokrasi mulai menjadi masalah banyak orang yang membutuhkan pemecahan bersama. Dari sinilah mulai muncul para filsuf besar. Para pemuda menginginkan jawaban-jawaban bijak tentang masyarakat dan negara, dan mereka mendatangi orang-orang yang dianggap bijak.
Awalnya, pemikiran di dominasi oleh kaum sofis, yaitu kaum yang menawarkan jasa-jasa bagi orang yang ingin mendengarkan mereka dan mereka diberi imbalan yang layak. Lambat laun, keberadaan mereka tidak begitu disukai, terutama setelah muncul filsuf yang berusaha mencari pedoman-pedoman lebih baik, pedoman-pedoman tentang masa depan pemerintahan negara. Dengan munculnya Socrates yang juga sering bertukar pikiran dengan kaum sofis, mulailah perkembangan pikiran kemasyarakatan dengan Yunani.
Demokrasi mencapai puncak perkembangannya di Athena selama abad ke-5 SM. Unit pemerintahan yang dikenal pada saat itu adalah apa yang dalam sejarah politik disebut sebagai “negara kota” atau “polis”, sebuah bentuk organisasi politik yang unik dan tak ada padanannya di masa modern. Di Yunani ada ratusan polis dengan berbagai ukuran dan bentuk pemerintahan. Akan tetapi, yang paling dikenal karena kemajuannya adalah Athena, sebuah polis tempat intelektualisme mencapai puncaknya yang sangat tinggi, dan bidang pengajaran juga memiliki kekuatan sosial dan politik.
Athena merupakan kota kecil, secara corak produksi dapat dikatakan sebagai kombinasi antara daerah industri dan pertanian. Terdapat wilayah urban yang dikelilingi tembok dan ada wilayah pinggiran pedesaan yang terletak di luarnya yang terdiri dari kebun anggur, padang rumput, dan ladang. Negara kota ini merupakan entitas yang secara hukum independen dari kekuasaan pemerintahan superior manapun. Ia memiliki konstitusi sendiri, dan melaksanakan hubungan luar negeri sendiri.
Negara kota menjadi bentuk masyarakat politik yang akrab karena seluruh warga negara memainkan peran yang langsung dan komprehensif dalam pemerintahan persemakmuran. Setiap individu mempunyai ”rasa memiliki” kota tersebut, menjadi mitra bukan subjek baginya. Orang-orang Yunani secara umum sepakat bahwa kehidupan yang benar-benar berperadaban hanya bisa berlangsung dalam hubungannya dengan polis. Sebab, kotalah yang menjadi jantung dan inspirasi bagi prestasi mereka dalam bidang sastra, seni, filsafat, dan dalam pengembangan kehidupan yang baik.
Tokoh-tokoh politk pada masa ini, yaitu:
a) Socrates (470-399 SM)
b) Plato (429-347 SM)
c) Aristoteles (384-322 SM)
d) Epicurus (sekitar 300 SM)

2. ROMAWI KUNO
Peradaban romawi dimulai dari puncak dan lembah tujuh bukit di sebelahnya sungai Tiber. Romulus, seorang keturunan Aeneas pada 753 SM, merupakan nenek moyang mereka. Sejak berdirinya hingga tahun 509 SM, daerah itu dikuasai oleh berbagai kerajaan. Setelahnya hingga tahun 27 SM Roma menjadi berbentuk republik, dan sejak tahun 27 SM hingga masa keruntuhannya diperintah oleh berbagai kaisar.
Dalam sejarah pemikiran politik, Romawi dapat dikatakan membawa gagasan yang merupakan transisi dari era Yunani Kuno menuju pemikiran Eropa Barat Era Modern. Periode Romawi dikenal bukan karena teori politiknya, tetapi karena hukumnya, dan dalam hal tertentu juga karena adminstrasinya. Di bidang inilah Romawi meninggalkan warisannya pada barat.
Tokoh-tokoh politk pada masa ini, yaitu:
a) Cicero (106-43 SM)
b) Seneca (4-65 SM)

3. ZAMAN PERTENGAHAN
Meskipun mendapat legitimasi dan dasar yuridis (hukum) yang kuat, Kerajaan Romawi pada akhirnya juga jatuh dalam keadaan yang bobrok dan lemah. Pemerintahan daerah (provinsi) menjadi demoral dan hanya memikirkan kepentingannya serta sangat korup.
Di kota-kota Romawi juga banyak kedatangan kaum miskin dan para gembel yang menimbulkan berbagai macam kerusuhan sekaligus perlawanan. Pada ranah pemikiran, permulaan abad Masehi diwarnai dengan situasi serba putus harapan. Para kaisarpun juga kian despotik.
Sebuah kekuatan filsafat keagamaan lahir dari wilayah timur yang kemudia dikenal sebagai agama Kristen. Gerakan ini lahir diwilayah terpencil yang terpinggirkan. Kelahiran Yesus dan pertumbuhannya yang bersahaja menghipnotis orang-orang Romawi. Pengikut Yesus dari Nasareth semakin banyak pengikutnya, membawa agama baru bagi kerajaan, juga menyebarkan kesadaran baru, pemahaman baru, dan harapan baru akan pengampunan. Dengan cepat, ajaran Kristen merasuki masyarakat, yang belakangan juga menjadi darah bagi peradaban Barat.
Mulai abad ke-4, agama Kristen bahkan menjadi agama bagi kelas sosial yang paling berpengaruh di kerajaan. Dengan ajaran toleransi yang diundangkan oleh Constantine pada 313, agama ini mendapat pengakuan resmi. Kemudian, setelah paganisme dibatasi secara ilegal, agama Kristen menjadi agama resmi dan eksklusif kerajaan. Bentuk masyarakat agama dan masyarakat politik berdiri sejajar, berdiri dalam wilayah hukum yang sama.
Kedudukan agama Kristen mulai mendapatkan institusionalisasinya dalam masyarakat dan negara. Jika sebelumnya orang Kristen beribadah secara sembunyi-sembunyi, kini merasa bebas mendirikan gereja dan melakukan ibadah secara merdeka. Pengaruhnya pada seni patung, arsitektur, dan budaya juga mulai menguata. Di wilayah Timur juga timbullah berbagai biara. Ketika Theodosius (379-395) telah meresmikan gereja negara, para uskup pun menjadi pegawai-pegawai negeri dari Kekaisaran Romawi. Agama yang awalnya dianut oleh orang-orang miskin dan orang-orang buangan ini, akhirnya menjadi agama orang-orang bangsawan dan pejabat-pejabat terkemuka.
Maka, bisa kita bayangkan sifat agama yang telah mendapatkan kekuasaan politik. Gereja berubah sifatnya dengan perantaraan negara. Sikap sabar dan tenggang rasa kaum Kristen dulu menjadi tidak sabar, yang memajukan agama Katholik didalam dan bersama dengan negara, yang akan membasmi semua sekte yang dianggap mempunyai pendirian “menyimpang” alias tak sama dengan kepercayaannya. Itu adalah wajah agama politik.
Tokoh-tokoh politk pada masa ini, yaitu:
a) St. Agustine (334-430)
b) Thomas Aquinas (1225-1274)

4. ZAMAN MODERN
Jika dulunya sikap menerima dan pasrah dianggap sebagai kebajikan tertinggi, masa sekarang prestasi perseorangan yang tak dapat dilakukan orang lain mendapat pujian dan mendorong lainnya untuk maju. Doktrin-doktrin gereja yang irasional mulai mendapatkan pertentangan-pertentangan. Bahkan, dikalangan kaum gereja.
Kisah tentang Leon Battista Alberti mungkin bisa menggambarkan sikap pikiran yang telah berubah. Saat orang Zaman Pertengahan merasa dirinya harus tunduk dimuka altar gereja dan menyerahkan diri pada pikiran-pikiran kristen, di Gereja Florence Alberti malah berfikir seperti ini : apakah mungkin seorang manusia melemparkan sebuah mata uang begitu keras ke atas sehingga mengenai puncak kubah gereja itu? Ketika pikiran itu dilakukan dalam perbuatan dan ia telah berhasil melakukannya, kejadian tersebut begitu menakjubkan orang sehingga peristiwa itu menjadi cerita turun-temurun.
Era pencerahan (Renaissance) begitulah banyak orang menyebutnya. Jika dilihat pada kalender, banyak yang mengatakan bahwa era ini terjadi mulai abad ke-14 hingga ke-16. Tentunya, tak ada perkembangan pemikiran yang tak disebabkan oleh dinamika material-ekonomi. Era tersebut merupakan era transisi dari masyarakat pertanian murni menuju sistem komersial kapitalis. Uang logam sebagai pengganti barter mulai digunakan dan inilah yang memepercepat perdagangan.
Ciri-ciri lainnya adalah sebagai berikut:
• Muncul kelas pedagang, kelas borjuis, yang jumlahnya kian bertambah banyak lama-kelamaan menjadi pilar bagi perekenomian yang nantinya mengarah pada industrialisasi.
• Munculnya penemuan-penemuan baru dan datangnya teknologi-teknologi baru seperti impor kompas dari Timur, mesin cetak yang bisa dipindah, bubuk mesiu, penemuan sistem matahari, serta sirkulasi darah. Pengetahuan tentang geografi juga muncul, terutama akibat perjalanan mengelilingi bumi oleh Vasco da Gama, Columbus, dan Magellan.
• Minat ke arah intelektual dan budaya kian meningkat, kelas menengah keranjingan untuk berfikir, berkesenian, dan meminati sastra. Minat pada etika, metafisika, dan teologi (Kristen) kian berkurang .
• Karenanya, legitimasi dan dominasi gereja mulai berkurang bahkan ada yang sangat tidak menyukai campur tangan gereja terhadap politik dan urusan negara. Disinalah paham sekularisme muncul keinginan untuk memisahkan urusan agama dari masalah negara atau politik. Orang lebih menyukai pengetahuan dan kebebasan berekspresi daripada cara berfikir yang terrkekang. Jadi, ini adalah era lahirnya humanisme. Dalam bahasa Prof Hallowell, keterampilan yang sebelumnya diarahkan pada pembangunan katedral-katedral megah yang menjadi simnbol kejayaan Tuhan, sekarang dirahkan pada pemujaan kepada manusia.
Tokoh-tokoh politk pada masa ini, yaitu:
a) Martin Luther
b) Jhon Calvin (1509-1564)
c) Monarchomachs
d) Niccolo Machiavelli (1469-1527)
e) Jean Bodin (1530-1596)
f) Hugo Grotius (1583-1645)
g) Thomas Hobbes (1588-1679)
h) John Locke (1632-1704)
i) Montesquiue (1689-1755)
j) Jean Jacques Rousseau (1712-1778)
k) Hegel (1770-1831)

5. MASA ISLAM
Pemikiran Islam dapat dilihat dengan dua aspek yaitu aspek Eksoteris dan aspek Isoteris, Aspek Isoteris adalah aspek yang bersifat rahasia dan hanya untuk diketahui oleh orang-orang tertentu, aspek ini seringkali diartikan sempit, sedangkan aspek eksoteris berarti bebas tanpa dibarengi dogma dan bisa dikatakan murni. Dalam dinamika Intelektual Islam, perbedaan pandangan dengan menggunakan kedua aspek tersebut, seringkali menyebabkan adanya perbedaan interpretasi terhadap pemikiran. Akibatnya banyak timbul keberagaman dalam pemikiran. Sejarah mencatat, munculnya berbagai madzhab, aliran, firqah, golongan, ormas dan kelompok-kelompok dalam Islam, mewarnai dinamika perjalanan pemikiran Islam, baik dari masa klasik hingga modern.
Tulisan ini mencoba mendeskripsikan dari karakter dari dinamika pemikiran Islam, dengan fokus keberagaman pemikiran dalam sejarah pemikiran Islam semenjak masa klasik sampai modern, selain itu tulisan ini mencoba mencermati pengaruh keragaman tersebut pada dinamika pemikiran islam di Indonesia.
Islam di Madinah bisa dikatakan awal dari pada bangunan dasar dari peradaban dunia. Berbeda dengan di Mekkah yang lebih banyak berbicara tentang keberagamaan secara individu. Pada fase ini, Islam banyak berbicara tentang kemasyarakatan. Kitab suci Islam juga telah banyak menyinggung persoalan ini. Bahkan pada periode ini, Nabi Muhammad telah menunjukan cara hidup yang tepat untuk zaman modern yang membutuhkan kearifan untuk membaca realitas.
Dalam sejarah Islam sendiri perbedaan yang ditandai dengan pendirian, mahzab, firqah, partai, dan kelompok diawali pada masa kepemimpinan Ali. Digambarkan bahwa Ali tidak dapat memimpin secara tenang karena negara pada saat itu berada dalam keadaan kacau, sebagai imbas yang muncul akibat kematian Utsman. Para sahabat menuntut agar Ali yang saat itu menjabat sebagai khalifah pengganti Utsman, mengusut tuntas kasus tersebut. Ali merasa kesulitan untuk mengusut kasus tersebut. Karena ketidakpuasan para sahabat seperti Thalhah, Zubair dan Aisyah, maka meletuslah Perang Jamal. Ali berhasil memadamkan perlawanan itu. Akan tetapi pergolakan masih terus mengalir. Kali ini dipimpin oleh Muawiyah. Muawiyah memiliki tuntutan yang sama: usut pembunuhan Utsman. Tuntutan ini juga berakhir dengan perang, yang disebut dengan Perang Shiffin. Perang Shiffin dengan segala sesuatu yang terjadi dengannya, bisa dikatakan tonggak awal dari terbentuknya firqah-firqah dalam Islam.
Pada perang ini, perbedaan tafsiran mulai tampak dikalangan kaum muslim. Walau pada mulanya beranjak pada perbedaan kebijakan politik, antara Ali dengan kelompoknya dalam menghadapi tawaran Tahkim oleh kelompok Muawiyah. Ali sebenarnya menolak, namun terus mendapat desakan dari para sahabat. Tahkim ini dengan sendirinya melahirkan kekisruhan yang lebih nyata lagi, yaitu adanya muslihat dari kelompok Muawiyah. Masalah lain yang juga timbul pada saat itu adalah munculnya orang-orang yang berpikiran sempit dari kalangan Ali yang tidak sepakat, dan menyatakan keluar dari kelompok Ali. Golongan ini dikenal sebagai Khawarij.
Khawarij ini memiliki karakter kaku, sempit, puritan dalam menafsirkan agama. Khawarij berpendapat bahwa Ali dan Muawiyah adalah salah, karena telah melakukan pelanggaran terhadap ajaran agama yang esensi. Jadi, mereka mesti dibunuh, itulah logika beragama yang dibangun. Dan sejarah mencatat, hanya Ali yang terbunuh. Mulai saat itu, kepemimpinan beralih kepada Muawiyah dan diteruskan oleh keturunannya. Bukan itu saja, kepemimpinan Islam yang demokratis beralih menjadi kepemimpinan yang monarki. Kepemimpinan model ini terus bertahan sampai berakhirnya kekhalifahan Islam di Turki, pada awal abad dua puluh.
Walau berada dalam keadaan monarki. Islam semakin hari semakin berkembang. Pada era Bani Umayah, Islam meluaskan ekspansinya ke daerah-daerah Timur Sedangkan pada masa dinasti Abassiah adalah periode keemasan ilmu pengetahuan Dari kedokteran, filsafat, hukum, kalam, mantiq, astronomi dan lain-lain. Walaupun begitu, polarisasi dalam tubuh umat Islam masih ada, bahkan semakin kuat. Ini dibuktikan dengan adanya firqah atau mahzab dalam Islam. Baik di bidang politik, kalam (teologi), fiqh, filsafat maupun tasawuf.
Dalam bidang ilmu Kalam (displin ilmu yang mempelajari tentang Tuhan dan yang berkaitan dengan-Nya, yang juga disebut sebagai Islamic Phylosophy) generasi pertama-pertama yang muncul adalah kelompok Qadariah dan Jabbariah. Qadariah
adalah paham yang yang meyatakan bahwa manusia memiliki kebebasan untuk bertindak dan mesti bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Sedangkan Jabbariah adalah bentuk sebaliknya. Bagi Jabbariah, manusia adalah makhluk terpaksa, tidak bebas, diatur oleh Tuhan. Tetapi diantara perbedaan kalam itu, yang paling menarik untuk dicermati adalah antara Mu’tazilah dan Ahlul Sunnah atau juga disebut dengan kaum al-Asya’ari.
Seperti juga Qadariah, Mu’tazilah adalah kelompok kalam yang menekankan rasionalisasi dan kebebasan kehedak manusia. Akan tetapi tesis Mu’tazilah ini dibantah Ahlul Sunnah. Bagi Ahlul Sunnah manusia memang bebas berkehendak. Tetapi yang menariknya, kehendak manusia ini ditentukan oleh kehendak yang lebih kuat, yaitu kehendak Tuhan. Secara sepintas teologi ini mencoba netral. Akan tetapi mereka lebih dekat kepada sikap fatalistik (menyerah pada takdir atau nasib), seperti yang pernah dikampanyekan oleh Jabbariah.
Perbedaan Kalam ini ternyata tidak saja pada tataran wacana, melainkan juga telah merambah ke ranah politik. Salah satu tragedi kalam terbesar adalah ketika pada masa Bani Abassiah tepatnya masa al-Ma’mun. Pada masa ini terjadi pemaksaan untuk mengakui bahwa al-Quran adalah adalah makhluk. Bahkan seorang imam mahzab terkenal, Imam Ahmad Ibnu Hambal menjadi korban dari kebijakan itu. Perbedaan dalam fiqh juga ada. Bahkan lebih dinamis dari pada yang lain, tanpa menyebabkan tragedi seperti diatas. Perbedaan fiqh hanya menimbulkan rasa fanatik pada pengikut mahzab. Perbedaan fiqh ini sendiri terjadi karena perbedaan tempat, waktu, budaya dan situasi, dimana hukum itu tumbuh.
Perbedaan dalam tradisi Islam bisa bertahan dan terus dinamis, karena memang secara dogma baik dalam al-Quran maupun sabda nabi, memberikan kebebasan umatnya untuk ber-ijtihad (usaha sungguh-sungguh menggali kebenaran). Dan yang menariknya, Islam tidak mengenal sistem kependetaan, yaitu sistem keagamaan yang memiliki otoritas untuk menentukan kebenaran. Katakanlah lembaga fatwa, baik yang berada di Timur Tengah maupun di Indonesia, tidak memiliki otoritas yang berlebih. MUI (Majelis Ulama Indonesia) misalnya, kelompok ulama ini hanya berfungsi untuk untuk memberi fatwa keagamaan di tengah masyarakat, mempererat ukhuwah Islamiyah, mewakili umat Islam dalam konsultasi antar umat beragama serta menjadi penghubung dan penerjemah antara ulama, umara dan umat. Bahkan lembaga ini hanya mampu mengeluarkan fatwa-fatwa yang tidak “berkelas”, karena hanya berkutat pada masalah-masalah kecil.
Berbeda dengan Syi’ah, unsur otoritasnya lebih kuat, akan tetapi tidak sama dengan pendeta. Dalam Syi’ah ada lembaga Wilayatul Faqih. Konsep wilatul faqih didasarkan pada prinsip Imamah. Wilayahtul faqih ini bertugas untuk membimbing umat baik dalam masalah agama maupun sosial politik.

1 komentar:

  1. http://kreasimasadepan441.blogspot.com/2017/11/inilah-dua-gunung-yang-dapat.html
    http://kreasimasadepan441.blogspot.com/2017/11/santai-sambil-selfie-di-guest-house.html
    http://kreasimasadepan441.blogspot.com/2017/11/inilah-rumus-matematika-untuk-mesin.html

    Tunggu Apa Lagi Guyss..
    Let's Join With Us At Dominovip.com ^^
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
    - BBM : D8809B07 / 2B8EC0D2
    - Skype : Vip_Domino
    - WHATSAPP : +62813-2938-6562
    - LINE : DOMINO1945.COM
    - No Hp : +855-8173-4523

    BalasHapus